Posted by
Unknown
|
0
comments
Fenomena Ban Serep
Fenomena Ban Serep
"Adalah sangat memuakkan saat seseorang hanya
hadir disaat ia minta didengar, diperhatikan dan dihargai. Sementara dia tidak
pernah mendengar, memperhatikan dan menghargai kita." - K-ray Cahyadi -
Bayangkan
bila Anda adalah sebuah ban serep alias ban cadangan. Sebagian besar waktu Anda
dihabiskan di dalam gelap dan sumpeknya sebuah bagasi. Mungkin cukup beruntung
bila Anda adalah ban serep sebuah mobil jeep yang digantung dengan gagahnya di
pintu belakang. Atau mungkin akan sangat menyebalkan bila Anda adalah ban serep
sebuah mobil keluarga semacam Avanza atau Xenia, Anda tergantung berdebu di
bagian bawah. Tidak jarang saat mobil terkena polisi tidur yang cukup tinggi,
Anda akan berbenturan dengan polisi tidur tersebut. Sering kita mengeluh saat
membawa barang lebih di bagasi karena volume bagasi yang berkurang akibat
keberadaan ban serep. Bahkan banyak orang yang hampir tidak pernah menggunakan
ban serep sama sekali, sehingga pada saat harus menggunakannya, didapati ban
serep tersebut karetnya menjadi terlalu kaku, getas, mudah rusak. Memang sebuah
ban serep atau cadangan hanya difungsikan di saat-saat krusial, tidak ada
perawatan dan perhatian khusus kepadanya.
Mungkin
cukup aneh bagi Anda, bahwa harus sedemikian panjang untuk saya menjelaskan apa
yang dialami ban serep. Sebenarnya bila Anda cermati di dalam kehidupan, ada
banyak orang-orang yang Anda perlakukan selayaknya ban serep. Anda hanya
menghubunginya di saat genting, Anda hanya datang padanya di saat kesusahan.
Anda hanya butuh bantuannya, tidak perlu kondisi apa yang sebenarnya sedang ia
hadapi.
Bila
Anda adalah seorang konselor dan konsultan tentunya Anda akan sangat sering
menjumpai tipe-tipe manusia seperti ini. Selalu datang di saat-saat sulit
mereka, tentunya Andapun tidak bisa mengeluh terlalu banyak karena ini adalah
tuntutan dari pekerjaan Anda (and
of course you get a good payment). Namun lain ceritanya apabila
Anda mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari Anda. Seorang teman yang selalu
mengusik hidup Anda disaat dia membutuhkan pertolongan, dan segera menghilang
pada saat dia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan dan Anda melakukannya
secara gratis atas nama persahabatan.
Dalam
bidang pekerjaan sering kita temukan di kantor, para manusia tidak tahu diri
yang membebani tugas pekerjaan mereka pada orang lain. Tanpa rasa berdosa
menambahkan pekerjaan pada orang lain, padahal itu bukanlah tugas dari
"ban serep" tersebut. Kadang dalam tahap keterlaluan, seorang
"ban serep" yang tidak mendapatkan penanganan yang segera dapat melakukan
hal nekat. Berapa banyak kasus penembakan di tempat kerja terjadi di Amerika
Serikat?
Dalam
bidang pendidikan, kita mengenal istilah bullying.
Bila bullying
jelas-jelas menyalahi aturan, ada sebuah bentuk pemanfaatan halus yang terjadi
di sekolah. Anak-anak "sumber contekan dan PR"-lah yang biasa menjadi
"ban serep" di sini. Mereka hanya dicontek PR dan test-nya. Sementara
tidak dianggap dalam pergaulan, malahan disebut kutu buku, orang aneh dan autis
yang hanya main video game (padahal memang karena tidak ada seorangpun yang mau
bergaul dengan mereka). Biasa di usia ini tindakan paling nekat adalah bunuh
diri (seperti yang terjadi di Jepang) atau kasus penembakan (Amerika).
Atau
bagaimana rasanya saat orangtua merasa dijadikan ban serep? Hanya dihubungi
pada saat seorang anak membutuhkan kiriman uang, butuh nasehat, butuh didengar.
Sementara pada saat senang, bahagia, tidak sekalipun diingat, diperhatikan?
Bahkan dalam beberapa kasus, orangtua justru ditugaskan mengurus cucu karena
dirinya begitu sibuk asyik dengan pekerjaan dan kegiatan? Orangtua Anda BUKAN
ban serep! Rasanya begitu pahit seorang anak yang dibesarkan dengan penuh kasih
hanya meminta dan tidak pernah memberikan perhatian. Terlebih lagi justru
semakin merepotkan ketika sudah berumahtangga dengan menugaskan orangtua
mengurus cucunya.
Lain
halnya dalam bidang hubungan percintaan. Ada beberapa orang yang mempraktekkan
hal ini dalam kehidupan percintaan mereka. "Jaring Pengaman Kedua"
demikian kadang pria/wanita "ban serep" ini disebut. Selalu
menyediakan waktunya, perasaannya, pikirannya bahkan harta mereka untuk orang
yang mereka cintai tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka hanya sedang
diperalat. Akhirnya banyak sekali kata "capek hati" yang keluar dari
para "ban serep" ini, sementara dia di sana tersenyum bahagia karena
sudah mendapatkan semua yang mereka inginkan. Habis manis sepah dibuang
demikianlah peribahasa yang sangat tepat untuk menggambarkan situasi ini.
Secantik atau seganteng apapun orang itu, tinggalkan saja. Karena di luar sana
orang yang tepat sedang menunggu Anda.
Semua
hal yang dialami hasilnya begitu banyak trauma dan sindrom yang sulit diobati.
Setiap pengobatan perlu berjam-jam terapi dan rekonsiliasi. Luar biasa bukan?
Sebuah kata sepele bernama "egois"
bisa melahirkan begitu banyak masalah yang kompleks. Cobalah refleksikan berapa
banyak ban serep sudah Anda sakiti karena keegoisan anda? Selalu meminta waktu
untuk didengarkan, selalu meminta pertolongan, selalu ingin diperhatikan,
selalu ingin dinomorsatukan. Apakah yang Anda sudah lakukan untuk para ban
serep ini? Sadar dirilah bahwa Anda adalah seorang yang egois, suatu hari Anda
akan diperlakukan rekan kerja, sahabat, kekasih, bahkan oleh anak Anda
sebagaimana Anda sudah berbuat demikian. Siapa menabur, dia menuai.
Sebagai penutup, sebuah saran, nasehat bagi para ban serep di luar sana adalah:
Adalah lebih baik menikmati hidup Anda tanpa memusingkan otak Anda dengan
memikirkan masalah orang-orang yang tidak tahu diri. Tidak baik mempersulit
diri kita dengan masalah orang lain, beranilah berkata "TIDAK!" untuk
kebaikan Anda sendiri.
Sumber : Cahyadi
Tanujaya
0 comments: